” BarakAllahu Lakuma – Maher Zain”

Jumat, 24 Desember 2010





We’re here on this special day
Our hearts are full of pleasure
A day that brings the two of you
Close together
We’re gathered here to celebrate
A moment you’ll always treasure
We ask Allah to make your love
Last forever

Let’s raise our hands and make Do’a
Like the Prophet taught us
And with one voice
Let’s all say, say, say

بارك الله لكما وبارك عليكما
وجمع بينكما في خير
بارك الله لكما وبارك عليكما
وجمع بينكما في خير

From now you’ll share all your chores
Through heart-ship to support each other
Together worshipping Allah
Seeking His pleasure

We pray that He will fill your life
With happiness and blessings
And grants your kids who make your home
Filled with laughter

Let’s raise our hands and make Do’a
Like the Prophet taught us
And with one voice
Let’s all say, say, say

بارك الله لكما وبارك عليكما
وجمع بينكما في خير

بارك الله
بارك الله لكم ولنا

الله بارك لهما
الله أدم حبهما
الله صلّي وسلّم على رسول الله

الله تب علينا
الله ارض عنا
الله اهد خطانا
على سنة نبينا
Let’s raise our hands and make Do’a
Like the Prophet taught us
And with one voice
Let’s all say, say, say

بارك الله لكما وبارك عليكما

وجمع بينكما في خير
Read More..

*_Be The Fairy Dunia dan Akhirat_*


Pernahkah terlintas dalam hatimu ya ukhti, saudariku muslimah untuk menjadi bidadari di dunia dan diakhirat nanti?.Pernahkah kau membayangkan betapa cantik dan anggunnya ia, menjadi incaran dan simpanan hamba-hamba Allah yang shalih dan bertakwa. Pernahkah engkau mengangankannya? Pernahkah engkau mengimpikannya? Tidakkah hatimu tergerak untuk segera meraihnya? Sesungguhnya bidadari dunia adalah ia para wanita yang shalihah, memurnikan ibadah hanya untuk-Nya semata, hatinya selalu takut dan terikat dengan rabb-Nya, mentaati-Nya dalam keadaan sendirian ataupun dihadapan banyak manusia. Sosok yang merindukan keridhaan Allah dan rasul-Nya
Selalu terbayang dalam pelupuk matanya surga yang dijanjikan Allah menantinya dari pintu manapun ia suka, ia bisa memasukinya. Hatinya selalu menimbang dengan timbangan akhirat sehingga segala urusan dunia yang bertentangan dengan syariat Allah dan Rasul-Nya akan mudah ia singkirkan dan tinggalkan.
Read More..

*_Di Pinang_*



Sabar dalam penantian
Merindukan pendamping hidup adalah fitrah setiap insan. Wanita, sebagai makhluk Alloh yang cenderung ingin diayomi atau dilindungi, tentu wajar berharap pula akan kehadiran seorang ikhwan dalam hidupnya. Dan saat menanti adalah ujian berat bagi seorang gadis. Sebagai bunga yang sedang mekar atau yang mungkin telah mekar sekian lama, seringkali ia terlena dengan tawaran manis si kumbang yang datang mempesonanya. Sayang, kebanyakan kumbang–kumbang itu sekedar ingin menggoda saja. Malah ada pula yang sekedar ingin menghisap madunya tanpa mau bertanggung jawab. Na’udzubillah! Begitulah fakta di masa kini. Realita fitnah syahwat yang terjadi di mana–mana hingga banyak wanita kehilangan kehormatannya. Karena itu, setiap gadis muslimah hendaknya pandai–pandai menjaga diri dan selalu berhati–hati, jangan sampai tertipu. Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan oleh seorang gadis muslimah dalam penantian?
Read More..

*_Be Cewek Sholeha dunk..!!!_^


Ciri-ciri Wanita Sholehah
Posted by: adam on: 3 November 2007
In: Uncategorized Comment!
Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah Subhanahuwata’ala
Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu:
Read More..

*_Berkebun untuk Hasilkan Listrik_*




Gambar simbol energi hijau
Tanaman menyerap energi matahari, kemudian meneruskannya pada bakteri yang membangkitkan listrik amat lemah. Eksperimen yang dilakukan adalah mengembangkan lebih lanjut teknik sel bahan bakar untuk pembangkit energi.

Di atap gedung pusat riset Universitas Wageningen di provinsi Gelderland, Belanda, dilakukan riset yang tidak lazim. Di bagian tepian atap terlihat dua bak berbentuk segiempat sama sisi yang masing-masing memuat 12 ember plastik berisi air dan lumpur. Di dalamnya para ilmuwan membudidayakan berbagai jenis rumput dan tanaman air lainnya. Tapi bukan budidaya tanamannya yang menjadi tema utama riset di Universitas Wageningen ini, melainkan simbiose antara tanaman dan bakteri untuk pembangkitan energi.

Berdasarkan Teori Lama

David Strik, pakar biokimia yang melakukan penelitiannya menjelaskan, "Kami di sini memiliki tanaman dan bakteri yang bekerjasama. Prinsipnya dapat diterangkan secara sederhana. Tanaman lewat fotosintesa memproduksi unsur Karbon, dan meneruskan hingga 40 persen unsur organik ini ke dalam tanah. Di sana hidup bermacam mikro-organisme, bakteri dan jamur yang hidup dari unsur organik dari tanaman itu. Kami membuat baterai biologis, dengan menancapkan dua elektrode, di lokasi di mana bakterinya tumbuh dan dapat memproduksi listrik."

Para ilmuwan di Belanda itu menerapkan pengetahuan yang sudah berumur setengah abad. Yakni, semua organisme dalam proses pencernaannya atau tepatnya dalam pembakaran glukosa di dalam tubuhnya, membangkitkan energi listrik lemah. Mayoritasnya dimanfaatkan untuk proses metabolisme tubuh sendiri.

Memanfaatkan Bakteri

Akan tetapi pada bakteri terjadi hal yang berbeda. Biasanya bakteri melepaskan energi listrik ini kepada Oksigen yang ada di udara. Dalam kondisi an-aerob atau tidak ada Oksigen, bakteri akan mencari unsur lainnya untuk menerima pelepasan energi listrik yang berlebihan dari hasil pencernaannya. Proses itu ditemukan oleh para ilmuwan dari Universitas Greifswald beberapa tahun lalu. Mereka kemudian mengembangkan apa yang disebut sel bahan bakar mikroba MFC.

Bakteri dalam sel bahan bakar mikroba hidup dalam sebuah larutan yang mengandung bahan makanan. Ke dalamnya dimasukkan dua elektroda. Bakteri hanya melepaskan energi listrik yang berlebihan langsung ke kutub negatif atau anoda. Listriknya kini dapat disalurkan. Namun pada sel bahan bakar mikroba MFC juga berlaku dalil, output tidak dapat lebih besar dari input. Dengan kata lain, agar pemasokan listrik berlangsung stabil dan kontinyu, bakterinya haru terus menerus diberi makan. Inilah tugas dari rumput yang ditanam di dalam ember yang ditempatkan di atap universitas Wageningen. Tanamannya tumbuh dalam larutan bahan makanan, dan menjamin pasokan glukosa secara kontinyu.

"Apa yang kami buat, pada dasarnya adalah sel pembangkit energi matahari alami. Tanaman menyerap energi matahari, dan meneruskannya kepada bakteri yang pada gilirannya memproduksi listrik. Jadi kami dipasok listrik 24 jam dalam sehari. Jika bakterinya masih ada, listrik terus diproduksi. Musim dingin tahun lalu, semuanya membeku dan seluruh sistemnya tidak berfungsi. Tapi segera setelah mencair lagi, listrik kembali ada," demikian dijelaskan David Strik.

Rencana Selanjutnya

Akan tetapi kapasitas pembangkitan listriknya sedikit berfluktuasi, tergantung dari kondisi hari, cuaca dan jenis tanamannya. Sebab setiap jenis tanaman memicu persyaratan kehidupan yang berbeda-beda untuk bakterinya. Daya listrik terbesar selama ini dibangkitkan oleh sejenis rumput yang biasanya tumbuh di tepian sungai atau kawasan perairan. Para peneliti mengamati, juga tanaman padi merupakan pembangkit energi yang cukup bagus.

"Setiap meter perseginya saat ini memproduksi 0,2 watt. Kami pikir dalam waktu tiga tahun ke depan dapat direalisasikan pembangkitan tiga watt per meter perseginya. Apa yang dapat kita lakukan dengan itu? Tiga watt adalah daya yang tepat, yang diperlukan untuk mengisi kembali aku telepon seluler," dikatakan David Strik.

Juga para peneliti energi memberikan gambaran pemanfaatan berikutnya dari arus listrik lemah yang dibangkitkan sel bahan bakan mikroba MFC. Misalnya untuk mengoperasikan penerangan dari diode emisi cahaya LED. David Strik menegaskan, ia akan memasarkan dan menjual hasil penelitian dan pengembangan ini. Ia telah mengambil alih patennya dari Universitas Wageningen dan mendirikan sebuah perusahaan swasta kecil bernama Plant-E. Rencana besarnya adalah, menanami seluruh permukaan atap Univerisat Wageningen dengan tumbuhan, untuk dapat membangkitkan listrik. David mengatakan, jika itu terwujud, maka untuk pertama kalinya diproduksi listrik paling hijau di dunia.
Read More..

*_Paru-2 Dunia_*


Seri Hutan Indonesia



Indonesia memiliki kawasan hutan terbesar ke-tiga di dunia dan separuh cakupan lahan gambut di dunia. Namun disayangkan, Indonesia juga merupakan salah satu negara pe- nyumbang emisi terbesar, akibat deforestasi dan degradasi hutan serta lahan gambut. Setiap tahunnya, rata-rata lebih dari satu juta hektar tutupan hutan menghilang.

Qt mengajak Anda untuk mengenal berbagai masalah yang berhubungan dengan kondisi dan politik perhutanan serta dampaknya bagi lingkungan.

Sekolah Orangutan di Bukit Tigapuluh
Program reintroduksi atau sekolah orangutan, tempat di mana orangutan sitaan yang sudah terbiasa hidup dengan manusia belajar bagaimana cara bertahan hidup di alam liar.

Abrasi Pantai Utara Jawa
Kerusakan lingkungan yang dialami pesisir utara pulau Jawa, makin lama makin parah. Yang jadi musabab terutama adalah abrasi, pengikisan daratan oleh laut.
Kerajaan Kupu-kupu Bantimurung
Tidak ada penelitian yang membuktikan adanya kepunahan spesies kupu-kupu di Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Tapi banyak orang menyatakan populasi berkurang.

Rusaknya Rumah Gajah Borneo
Gajah Borneo (Elephas Maximus Borneensis ) yang juga disebut Gajah Kerdil Kalimantan, akhir-akhir ini menampakan diri ke pemukiman warga kecamatan Sebuku, Kalimantan Timur. Padahal dulu eksistensinya pun diragukan.

Rehabilitasi Lahan Kritis di Biak
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan atau Gerhan, sejak 2004 dilaksanakan di Kabupaten Biak Numfor-Provinsi Papua. Meski begitu, jumlah areal hutan kritis di Biak terus bertambah.
Read More..

*_Ilmuwan Islam_*


Salman Al Farisi dikenal sebagai seorang seorang ulama yang berpengetahuan luas. Beliau adalah sahabat Nabi Muhammad saw, dan dikenal dengan nama Abu Abdullah di kalangan para sahabat lainnya.

Beliau berasal dari desa Ji di Isfahan, Persia. Ia adalah anak kesayangan ayahnya, seorang bupati di daerah itu. Salman mulanya adalah penganut Majusi yang taat hingga ia diserahi tugas sebagai penjaga api. Ketika menganut agamanya itu, ia mengalami pergolakan batin untuk mencari agama yang dapat menetramkan hatinya.

Suatu saat ia melewati sebuah gereja nasrani. Di dalamnya orang-orang nasrani sedang beribadah. Ia masuk ke dalam gereja itu dan memperhatikan apa yang mereka kerjakan, Salman menjadi kagum. Ia pun bertanya tentang asal agama mereka yang ternyata berasal dari Syria. Salman menceritakan hal ini kepada ayahnya dan mengatakan bahwa upacara kaum nasrani sungguh mengagumkan, lebih baik dari agama Majusi yang mereka anut. Lalu terjadilah diskusi antara Salman dan bapaknya, yang berujung masuknya Salman ke agama nasrani walau ditentang ayahnya. Ia pergi ke Hijaz, namun di sana ia ditangkap dan dipenjara.

Kepada orang-orang nasrani, Salman memberitahukan bahwa ia telah menganut agama mereka dan berpesan agar ia diberitahu jika ada rombongan dari Syiria yang datang. Setelah permintaannya dipenuhi ia pun meloloskan diri dari penjara dan bergabung dengan rombongan tersebut ke Syiria. Di Syiria ia tinggal sebagai pelayan bersama dengan seorang Uskup untuk belajar agama yang baru ia anut. Salman sangat mencintainya dan ketika menjelang wafat ia menanyakan kepada sang Uskup siapa yang harus ia hubungi sepeninggalnya. Lalu orang tersebut menceritakan tentang masa itu yang ternyata sudah dekat dengan kebangkitan seorang Nabi pengikut agama Ibrahim yang hanif, beserta tanda-tanda kenabian yang ada padanya termasuk tempat hijrahnya.

Suatu hari lewatlah rombongan berkendaraan dari jazirah Arab. Salman minta agar mereka mau memintanya membawa pergi ke negeri mereka dengan imbalan sapi-sapi dan kambing-kambing hasil jerih payahnya sebagai peternak. Permintaan tersebut dikabulkan. Namun ketika sampai di negeri yang bernama Wadil Qura, rombongan tersebut menganiaya Salman dan menjualnya kepada seorang Yahudi sebagai budak. Setelah beberapa lama, Salman dibeli oleh seorang Yahudi lain dari Bani Quraidhah dan dibawa ke Madinah. Sesampainya di Madinah Salman pun akhirnya yakin bahwa negeri ini adalah sebagaimana yang disebutkan kepadanya dulu.

Setelah mendengar kedatangan Rasulullah saw yang hijrah ke Madinah, Salman pun datang menjumpai beliau beberapa kali, dan ia mendapatkan semua tanda-tanda kenabian yang pernah diceritakan kepadanya. Hal ini membuat Salman yakin akan kebenaran Rasulullah saw dan menyatakan keislamannya. Namun statusnya sebagai budak telah menghalangi Salman untuk turut serta dalam perang Badar dan Uhud. Dengan bantuan finansial para sahabat, Salman pun akhirnya berhasil ditebus dan dimerdekakan.

Ketika terjadi perang Khandaq, kaum Muslimin di Madinah diserang oleh kekuatan gabungan anti Islam dari luar dan dari dalam. Pasukan Quraisy dan Ghathfan menyerbu Madinah dari luar sedangkan Yahudi Bani Quraidhah menyerang dari dalam. Melihat kondisi ini Salman menyarankan strategi perang Persia yang asing bagi bangsa Arab, yakni penggalian parit sepanjang daerah terbuka mengelilingi kota. Melihat ini, pasukan kaum kafir yang hendak menyerbu Madinah merasa terpukul dan dipaksa berkemah di luar kota Madinah hingga pada suatu malam Allah mengirimkan angin topan yang memporak-porandakan mereka.

Salman adalah seorang yang taqwa, cerdas, dan bersahaja. Kendatipun dari golongan kelas atas dan seorang putera Persia, negeri yang terkenal dengan kemewahan, namun ia amat zuhud kepada dunia. Ketika menanti ajal, Sa'ad bin Abi Waqqash datang menjenguknya dan ia dapati Salman menangis, teringat pesan Rasulullah saw: "Hendaklah bagian masing-masingmu dari kekayaan dunia ini seperti bekal seorang pengendara", sedangkan ia merasa hartanya masih banyak. Sa'ad mengatakan : "Saya perhatikan, tak ada yang tampak di sekelilingku kecuali satu piring dan sebuah baskom."

Sekelumit kisah sang pencari kebenaran Salman Al Farisi ini mengandung banyak pelajaran. Kecintaan dari ayah, kedudukan terhormat sebagai anak pembesar dan penunggu api, serta kehidupan yang berkecukupan tidaklah menjadi tujuan tertinggi hidupnya. Kendatipun belum menjadi seorang muslim, Salman seakan memiliki pribadi yang hanif dengan fitrah yang bersih.

Dalam pencariannya itu, Salman mampu bersifat objektif dan mau mengakui kekurangan agama Majusi yang dianutnya dibandingkan agama nasrani yang kemudian dipeluknya. Ia pun tak segan-segan masuk Islam ketika Rasul yang ditunggu-tunggunya tiba. Salman merasa sangat bahagia memeluk agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Ia yakin bahwa kebenaran adalah dari Allah swt, dan ajaran Islam lah yang patut diikuti sekaligus mampu menentramkan hatinya. Wallahu'alam.
Read More..

*_Sastrawan Euy_*

Kamis, 02 Desember 2010


Mohammad Diponegoro dilahirkan pada 28 Juni 1928, di Yogyakarta. Ia menyelesaikan pendidikannya di HIS Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 1942; SMP Muhammadiyah Yogyakarta tahun 1954; dan SMA “B” Negeri Yogyakarta tahun 1950. Setelah itu, ia melanjutkan ke Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Bandung, tetapi hanya setahun. Kemudian atas anjuran dokter, ia pindah ke Universitas Gadjah Mada, Fakultas H.E.S.P. jurusan Ekonomi.

Pada tahun 1964, ia belajar ke Nippon Bunka Gakuin tingkat Sho-kyu- ranking I dan dikirim ke Jepang selama 6 bulan; dan pada tahun 1969, kembali ke Universitas Gadjah Mada, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, jurusan Hubungan Internasional sampai tingkat III. Selain itu, ia juga mengikuti beberapa kursus, menguasai beberapa bahasa asing, seperti Inggris, Arab, Jepang, dan Belanda, serta pernah menjadi santri di Pondok Modern Gontor, Ponorogo.

Pada masa revolusi kemerdekaan, ia turut aktif dalam bidang kemiliteran. Sekitar April sampai Juni 1945 mengikuti latihan kemiliteran di Cibarusa, Jawa Barat. Selain itu, pernah menjadi opsir TRI (Tentara Rakyat Indonesia) dengan pangkat letnan dua, menjabat dalam Staf Resimen Ontowiryo (TNI Masyarakat), dan memegang pimpinan Komandan Seksi sampai tahun 1947.

Pada tahun 1951, ia menjadi guru tidak tetap dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Dinas Penyempurnaan Pengetahuan dan Keahlian Staf “A” Angkatan Darat di Bandung. Pada tahun 1955, ia melawat ke Amerika Serikat dalam rangka penelitian tentang Youth Activities dan Youth Leaders’ Grant dari USIS. Sepulangnya dari Amerika, ia mengunjungi Inggris, Belanda, Prancis, Mesir, Pakistan, dan Singapura. Pada tahun 1959, ia bekerja di USIS sebagai wakil direktur Jefferson Library Yogyakarta. Kemudian pada tahun 1964, ia mengunjungi Jepang dan Filipina.

Di bidang jurnalistik, ia pernah duduk dalam redaksi majalah Tunas, yang diterbitkan oleh PII (Pelajar Islam Indonesia) pada tahun 1947-1950; kemudian dalam redaksi majalah Media, yang diterbitkan oleh HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) pada tahun 1955; dan redaksi majalah Misykah, yang diterbitkan oleh H.P.S.I. (Himpunan Peminat Sastra Islam) pada tahun 1960.

Pada bulan Juni 1965, ia duduk dalam redaksi majalah Suara Muhammadiyah, yang diterbitkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta. Kemudian pada tahun 1975, ia diangkat menjadi wakil pemimpin redaksi/wakil pemimpin umum majalah itu sebagai pengasuh ruang cerita pendek, sajak, rubrik opini, karikatur, dan pembaca menulis. Sebagai pengasuh rubrik “English Column”, ia menggunakan nama samaran Ben Hashem.

Di samping sebagai sastrawan dan wartawan, ia juga pelukis batik, fotografer, dan sering menjadi juri deklamasi sajak, serta juri sayembara drama televisi dan radio. Selain itu, ia pun gemar musik, bahkan menguasai beberapa alat musik, seperti piano, gitar, dan biola, serta pernah mencipta syair lagu. Syair-syair lagu ciptaannya, antara lain Mars Aisyiyah (lagu oleh M. Irsyad) dan Bidan Prajurit Islam, sebuah gubahannya untuk siswa Sekolah Bidan P.K.U. (Pusat Kesejahteraan Umum) Muhammadiyah. Namanya juga tercatat sebagai anggota B.K.K.I.I. (Badan Kongres Kebudayaan Islam Indonesia).

Mohammad Diponegoro sudah aktif menulis sejak tahun lima puluhan. Ia banyak menulis dan menyadur cerita pendek, drama, sajak, esai, dan terkenal karena usahanya mempuitisasikan terjemahan al-Qur’an.

Karya-karyanya tersebar di berbagai majalah dan harian, seperti Budaya, Budaya Jaya, Gajah Mada, Gema Islam, Horison, Indonesia, Kartini, Kisah, Kompas, Media, Minggu Pagi, Misykah, Moderna, Panji Masyarakat, Siasat, Suara Muhammadiyah, Suara Ummat, dan Tunas.

Sumbangannya terhadap dunia kesusastraan Indonesia, terutama adalah cerpen-cerpen yang dihasilkannya. Selama hidupnya, tidak kurang dari lima ratus buah cerita pendek telah ditulisnya, baik asli, terjemahan, maupun saduran.

Cerpen-cerpen yang dihasilkannya itu tidak hanya disebarkan melalui majalah dan harian, tetapi juga disiarkan melalui radio. Sejak tahun 1969, ia membuat rekaman cerita pendek untuk disiarkan pada Radio ABC Siaran Bahasa Indonesia, Melbourne, Australia, pada setiap hari Rabu malam. Hal itu berlangsung tidak kurang dari sepuluh tahun lamanya. Karena itu, tidak mustahil jika cerpen-cerpen yang dihasilkannya mencapai jumlah seperti disebutkan di atas. Selain itu, ia juga membacakan cerpen-cerpennya dalam ruang cerita pendek di RRI Studio Nusantara II Yogyakarta, pada setiap Minggu pagi.

Akan tetapi, dari lima ratus buah cerita pendek yang dihasilkannya, hanya beberapa judul saja yang berhasil diperoleh. Cerpen-cerpen itu terdapat dalam majalah Gema Islam, Horison, Indonesia, Kartini, Kisah, Media, Suara Muhammadiyah, dan harian Kompas.

Cerpen “Potret Seorang Prajurit” dimuat kembali bersama karya-karya pengarang lainnya dalam Laut Biru Langit Biru (Pustaka Jaya, 1977), sebuah bunga rampai yang disusun oleh Ajip Rosidi. Dua cerpennya “Kadis” dan “Cubit Sejimpit” memenangkan hadiah pertama Lomba Penulisan Cerpen dan Cerpen Humor yang diselenggarakan oleh majalah Kartini pada tahun 1980. Cerpen “Kadis” dimuat kembali dalam majalah sastra Horison edisi bulan Ramadhan, tahun XIX, nomor 6, Juni 1984 dan edisi bulan .....

Mohammad Diponegoro juga dikenal sebagai dramawan, baik sebagai penulis cerita, sutradara, dan kadang-kadang sebagai pemain. Sebagai penulis cerita, ia menghasilkan sebuah karya asli berjudul Iblis, sebuah lakon drama yang ditulisnya pada tahun 1961. Naskah itu kini telah diterbitkan dalam bentuk buku oleh Pustaka Panjimas pada tahun 1983.

Drama Iblis dipentaskan pertama kalinya pada 25 September 1961 di gedung Chung Hwa Chung Hui Yogyakarta. Hari pementasan itu kemudian ditetapkan sebagai hari lahir Teater Muslim, yang semula bernama B.K.K.I.Y. (Badan Koordinasi Kebudayaan Islam Indonesia Yogyakarta). Ia menjadi ketuanya selama empat tahun (1961-1965), dan seterusnya menjadi penasihat.

Di samping karya aslinya, ia pun menyadur dan menerjemahkan naskah-naskah drama asing, seperti Desire under the Elms (O’Neill), The Death of Odysseus (Lionel Abel), The Death Trap atau Jebakan Maut (Saki/H.H. Moenro), Fortune Writes a Letter (Theodor Apstein), The Miracle of the Danube (Maxwell Anderson), serta dua buah saduran dari karya Tennessee William, yaitu Labbaika, Ya Rabbi, Labbaika dan Surat Kepada Gubernur.

Surat Kepada Gubernur disiarkan oleh TVRI pada 11 Mei 1982 dengan judul Surat dari Fatimah, dimainkan oleh Teater Angka.

Dalam bidang penulisan sajak, sebenarnya ia tidak begitu menonjol, sebab hanya beberapa sajak saja yang dihasilkannya, baik asli maupun terjemahan. Karya-karyanya dalam bentuk sajak dimuat dalam majalah Gajah Mada, Media, Panji Masyarakat, dan Siasat.

Sebuah sajaknya yang berjudul “Balada Nyawa Saringan”, sebelumnya dimuat dalam majalah Suara Muhammadiyah sebagai cerita pendek, diterbitkan secara khusus dalam rangka memperingati ulang tahun Teater Muslim ke delapan belas.

Mohammad Diponegoro terkenal karena usahanya mempuitisasikan terjemahan al-Qur’an. Karya-karya puitisasi terjemahan al-Qur’an yang dibuat oleh Mohammad Diponegoro dimuat dalam majalah Gema Islam, Horison, Indonesia, Media, dan Suara Muhammadiyah.

Selain itu, karya-karyanya dibukukan bersama ciptaan tujuh penyair lainnya, yakni Armaya, Djamil Suherman, Goenawan Mohamad, Hartojo Andangdjaja, M. Saribi Afn, Taufiq A.G. Ismail, dan M. Yoesmanam dalam Manifestasi (Tintamas, 1964), serta bersama Djamil Suherman dan Kaswanda Saleh dalam Kabar dari Langit. Di samping itu juga diterbitkan secara khusus oleh majalah Budaya Jaya dalam Pekabaran (1977), dan oleh majalah Suara Muhammadiyah dalam Puitisasi Terjemahan al-Qur’an Juz 29 (1978). Kemudian keduanya diterbitkan oleh 2D dalam Kabar Wigati (juz 29 dan 30).

Salah satu karya puitisasi terjemahan al-Qur’an juz 29 yang berjudul “Kalam”, dimuat kembali sebagai penutup dari serangkaian ceramah terpilih “Ramadhan in Campus” 1402 H/1982 M Jamaah Shalahuddin, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dalam Mencari Generasi Qur’ani (Shalahuddin Press, 1982).

Di samping karya-karyanya dalam bentuk cerita pendek, drama, sajak, dan puitisasi terjemahan al-Qur’an, ia juga banyak menulis esai, baik asli maupun saduran. Esai-esainya dimuat dalam majalah Budaya, Budaya Jaya, Media, dan Suara Muhammadiyah. Salah satu esainya yang berjudul “Sebuah Konsep Individualitas: Percobaan Memahami Cita Iqbal tentang Manusia” dibacakan dalam acara Peringatan Iqbal di Taman Ismail Marzuki pada 24 April 1972. Esai itu kemudian dimuat dalam majalah Budaya Jaya, dan diterbitkan dalam Percik-percik Pemikiran Iqbal (Shalahuddin Press, Desember 1983) bersama karya Ahmad Syafii Maarif.

Esai lainnya yang berjudul “Muhammad Asad Duta Islam Masa Kini”, yang pernah dimuat dalam majalah Suara Muhammadiyah, diterbitkan kembali dalam Duta Islam untuk Dunia Modern (Shalahuddin Press, September 1983), juga bersama tulisan Ahmad Syafii Maarif.

Selain itu, Mohammad Diponegoro juga telah menyusun serangkaian karangan tentang teknik penulisan cerita pendek dan artikel. Tulisan itu dimuat secara berturut-turut dalam majalah Suara Muhammadiyah pada setiap nomor ganjil. Akan tetapi, karangannya tentang teknik penulisan artikel hanya mencapai tiga bagian. Pada 9 Mei 1982, sastrawan itu telah menutup mata untuk selama-lamanya, dalam usia hampir mencapai lima puluh empat tahun, di Rumah Sakit Pusat Kesejahteraan Umum Muhammadiyah, Yogyakarta.

Siklus (Pustaka Jaya, 1975) adalah novel satu-satunya yang ditulis oleh Mohammad Diponegoro. Dengan satu novel itu saja, ia telah membuktikan kemampuannya sebagai penulis cerita yang berpengalaman.
Read More..

*_mOtiVation just 4 u_*

Kamis, 11 November 2010


Kamu pasti bisa seperti mereka…!!!


Susan Boyle. Semua orang tidak mempercayainya..
tapi Susan Boyle tidak berhenti bermimpi..

Dia adalah seorang pengangguran yang mempunya mimpi menjadi penyanyi terkenal.
Ketika mengikuti kontes Britain's Got Talent, awalnya semua orang menertawakannya,
tapi ternyata suaranya dapat memukau penonton.

Hanya 9 hari setelah audisi, video di atas telah ditonton sebanyak 100 juta kali!
Walau akhirnya dia hanya menempati posisi kedua di kontes tersebut, namun
album nya yang diluncurkan pada November 2009 telah menjadi
Amazon's best selling album in pre-sales!

FAKTA: S.e.m.u.a   k.e.s.u.k.s.e.s.a.n   d.i.m.u.l.a.i   d.a.r.i   b.e.r.m.i.m.p.i……..

To accomplish great things,
we must not only act,
but also dream; not only plan, but also believe.

Let’s get you’re stars right now…!!!

 


Read More..

*_Jepret Qt_*

Sabtu, 06 November 2010

Read More..

*_Aisyah wanita yang ditampakkan oleh surga_*

Rabu, 03 November 2010

Wanita, sosok lemah dan tak berdaya yang terbayangkan. Dengan lemahnya fisik, Allah tidak membebankan tanggung jawab nafkah di pundak wanita, memberi banyak keringanan dalam ibadah dan perkara lainnya. Mereka adalah sosok yang mudah mengeluh dan tidak tahan dengan beban yang menghimpitnya. Dengan kebengkokannya sehingga Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk bersikap lembut dan banyak mewasiatkan agar bersikap baik kepadanya. Oleh karena itu, tidak mengherankan kiranya jika Allah Tabaroka wa Ta’ala dengan segala hikmah-Nya mengamanahkan kaum wanita kepada kaum laki-laki.

Namun, kelemahan itu tak harus melunturkan keteguhan iman. Sebagaimana keteguhan salah seorang putri, istri dari seorang suami yang menjadi musuh Allah Rabb alam semesta. Seorang suami yang angkuh atas kekuasaan yang ada di tangannya, yang dusta lagi kufur kepada Rabbnya. Putri yang akhirnya harus disiksa oleh tangan suaminya sendiri, yang disiksa karena keimanannya kepada Allah Dzat Yang Maha Tinggi. Dialah Asiyah binti Muzahim, istri Fir’aun.

Ketika mengetahui keimanan istrinya kepada Allah, maka murkalah Fir’aun. Dengan keimanan dan keteguhan hati, wanita shalihah tersebut tidak goyah pendiriaannya, meski mendapat ancaman dan siksaan dari suaminya.
Kemudian keluarlah sang suami yang dzalim ini kepada kaumnya dan berkata pada mereka, “Apa yang kalian ketahui tentang Asiyah binti Muzahaim?” Mereka menyanjungnya.Lalu Fir’aun berkata lagi kepada mereka,“Sesungguhnya dia menyembah Tuhan selainku.” Berkatalah mereka kepadanya,“Bunuhlah dia!”
Alangkah beratnya ujian wanita ini, disiksa oleh suaminya sendiri.
Dimulailah siksaan itu, Fir’aun pun memerintahkan para algojonya untuk memasang tonggak. Diikatlah kedua tangan dan kaki Asiyah pada tonggak tersebut, kemudian dibawanya wanita tersebut di bawah sengatan terik matahari. Belum cukup sampai disitu siksaan yang ditimpakan suaminya. Kedua tangan dan kaki Asiyah dipaku dan di atas punggungnya diletakkan batu yang besar. Subhanallah…saudariku, mampukah kita menghadapi siksaan semacam itu? Siksaan yang lebih layak ditimpakan kepada seorang laki-laki yang lebih kuat secara fisik dan bukan ditimpakan atas diri wanita yang bertubuh lemah tak berdaya. Siksaan yang apabila ditimpakan atas wanita sekarang, mugkin akan lebih memilih menyerah daripada mengalami siksaan semacam itu.

Namun, akankah siksaan itu menggeser keteguhan hati Asiyah walau sekejap? Sungguh siksaan itu tak sedikitpun mampu menggeser keimanan wanita mulia itu. Akan tetapi, siksaan-siksaan itu justru semakin menguatkan keimanannya.
Iman yang berangkat dari hati yang tulus, apapun yang menimpanya tidak sebanding dengan harapan atas apa yang dijanjikan di sisi Allah Tabaroka wa Ta’ala. Maka Allah pun tidak menyia-nyiakan keteguhan iman wanita ini. Ketika Fir’aun dan algojonya meninggalkan Asiyah, para malaikat pun datang menaunginya.

Di tengah beratnya siksaan yang menimpanya, wanita mulia ini senantiasa berdo’a memohon untuk dibuatkan rumah di surga. Allah mengabulkan doa Asiyah, maka disingkaplah hijab dan ia melihat rumahnya yang dibangun di dalam surga. Diabadikanlah doa wanita mulia ini di dalam al-Qur’an,
“Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang dzalim.” (Qs. At-Tahrim:11)

Ketika melihat rumahnya di surga dibangun, maka berbahagialah wanita mulia ini. Semakin hari semakin kuat kerinduan hatinya untuk memasukinya. Ia tak peduli lagi dengan siksaan Fir’aun dan algojonya. Ia malah tersenyum gembira yang membuat Fir’aun bingung dan terheran-heran. Bagaimana mungkin orang yang disiksa akan tetapi malah tertawa riang? Sungguh terasa aneh semua itu baginya. Jika seandainya apa yang dilihat wanita ini ditampakkan juga padanya, maka kekuasaan dan kerajaannya tidak ada apa-apanya.

Maka tibalah saat-saat terakhir di dunia. Allah mencabut jiwa suci wanita shalihah ini dan menaikkannya menuju rahmat dan keridhaan-Nya. Berakhir sudah penderitaan dan siksaan dunia, siksaan dari suami yang tak berperikemanusiaan.
Saudariku..tidakkah kita iri dengan kedudukan wanita mulia ini? Apakah kita tidak menginginkan kedudukan itu? Kedudukan tertinggi di sisi Allah Yang Maha Tinggi. Akan tetapi adakah kita telah berbuat amal untuk meraih kemuliaan itu? Kemuliaan yang hanya bisa diraih dengan amal shalih dan pengorbanan. Tidak ada kemuliaan diraih dengan memanjakan diri dan kemewahan.

Saudariku..tidakkah kita menjadikan Asiyah sebagai teladan hidup kita untuk meraih kemuliaan itu? Apakah kita tidak malu dengannya, dimana dia seorang istri raja, gemerlap dunia mampu diraihnya, istana dan segala kemewahannya dapat dengan mudah dinikmatinya. Namun, apa yang dipilihnya? Ia lebih memilih disiksa dan menderita karena keteguhan hati dan keimanannya. Ia lebih memilih kemuliaan di sisi Allah, bukan di sisi manusia. Jangan sampailah dunia yang tak seberapa ini melenakan kita. Melenakan kita untuk meraih janji Allah Ta’ala, surga dan kenikmatannya.

Saudariku…jangan sampai karena alasan kondisi kita mengorbankan keimanan kita, mengorbankan aqidah kita. Marilah kita teladani Asiyah binti Muzahim dalam mempertahankan iman. Jangan sampai bujuk rayu setan dan bala tentaranya menggoyahkan keyakinana kita. Janganlah penilaian manusia dijadikan ukuran, tapi jadikan penilaian Allah sebagai tujuan. Apapun keadaan yang menghimpit kita, seberat apapun situasinya, hendaknya ridha Allah lebih utama. Mudah-mudahan Allah mengaruniakan surga tertinggi yang penuh kenikmatan.
Penulis: Ummu Uwais Herlani Clara Sidi Pratiwi

14 Wanita Mulia dalam sejarah Islam karya Azhari Ahmad Mahmud

Read More..

*_indah.Nya Khusnul Khotimah_*

Jumat, 29 Oktober 2010

bismillahirahmanirahim....

saudaraku, setiap kita pasti ingin mencapai Kesuksesan dalam bidang atau pekerjaan apapun dengan berbagai program, konsep dan ide yang cemerlang, namun sudahkah kita membuat program sehingga detik-detik akhir hayat kita begitu indah mempesona dan mengagumkan setiap mata yang memandang serta membuat tersenyum gembira semua yang ada di Langit ? sulitkah ? tidak ! sangat-sangat sederhana, Cuma kadang kita gengsi untuk melakukannya karena tergiur dengan Fatamorgana gaya hidup orang modern. Mari coba cermati kisah berikut ini :

Disebuah rumah sederhana yang asri tinggal sepasang suami istri yang sudah memasuki usia senja. Pasangan ini dikaruniai dua orang anak yang telah dewasa dan memiliki kehidupan sendiri yang mapan.

Sang suami merupakan seorang pensiunan sedangkan istrinya seorang ibu rumah tangga.Suami istri ini lebih memilih untuk tetap tinggal dirumah mereka menolak ketika putra-putri mereka menawarkan untuk ikut pindah bersama mereka.

Jadilah mereka, sepasang suami istri yang hampir renta itu menghabiskan waktu mereka yang tersisa dirumah yang telah menjadi saksi berjuta peristiwa dalam keluarga itu.

Suatu senja ba’da Isya disebuah mesjid tak jauh dari rumah mereka, sang istri tidak menemukan sandal yang tadi dikenakannya kemesjid tadi.

Saat sibuk mencari, suaminya datang menghampiri
“Kenapa Bu?”

Istrinya menoleh sambil menjawab “Sandal Ibu tidak ketemu Pa”.

“Ya udah pakai ini saja” kata suaminya sambil menyodorkan sandal yang dipakainya. walau agak ragu sang istri tetap memakai sandal itu dengan berat hati.

Menuruti perkataan suaminya adalah kebiasaannya.Jarang sekali ia membantah apa yang dikatakan oleh sang suami.

Mengerti kegundahan istrinya, sang suami mengeratkan genggaman pada tangan istrinya.

“Bagaimanapun usahaku untuk berterimakasih pada kaki istriku yang telah menopang hidupku selama puluhan tahun itu, takkan pernah setimpal terhadap apa yang telah dilakukannya.

Kaki yang selalu berlari kecil membukakan pintu untuk-ku saat aku pulang,
kaki yang telah mengantar anak-anakku ke sekolah tanpa kenal lelah, serta kaki yang menyusuri berbagai tempat mencari berbagai kebutuhanku dan anak-anakku”.

Sang istri memandang suaminya sambil tersenyum dengan tulus dan merekapun mengarahkan langkah menuju rumah tempat bahagia bersama….

Karena usia yang telah lanjut dan penyakit diabetes yang dideritanya, sang istri mulai mangalami gangguan penglihatan. Saat ia kesulitan merapikan kukunya, sang suami dengan lembut mengambil gunting kuku dari tangan istrinya.

Jari-jari yang mulai keriput itu dalam genggamannya mulai dirapikan dan
setelah selesai sang suami mencium jari-jari itu dengan lembut dan bergumam
“Terimakasih ya, Bu ”.

“Tidak, Ibu yang terimakasih sama Bapa, telah membantu memotong kuku Ibu” tukas sang istri tersipu malu.

“Terimakasih untuk semua pekerjaan luar biasa yang belum tentu sanggup aku lakukan. Aku takjub betapa luar biasanya Ibu. Aku tau semua takkan terbalas sampai kapanpun” kata suaminya tulus.

Dua titik bening menggantung disudut mata sang istri “Bapa kok bicara begitu?
Ibu senang atas semuanya Pa, apa yang telah kita lalui bersama adalah luar biasa.

Ibu selalu bersyukur atas semua yang dilimpahkan pada keluarga kita, baik ataupun buruk. Semuanya dapat kita hadapi bersama.”

Hari Jum’at yang cerah setelah beberapa hari hujan. Siang itu sang suami bersiap hendak menunaikan ibadah Shalat Jum’at,

Setelah berpamitan pada sang istri, ia menoleh sekali lagi pada sang istri menatap tepat pada matanya sebelum akhirnya melangkah pergi.

Tak ada tanda yang tak biasa di mata dan perasaan sang istri hingga saat beberapa orang mengetuk pintu membawa kabar yang tak pernah diduganya.

Ternyata siang itu sang suami tercinta telah menyelesaikan perjalanannya di dunia.
Ia telah pulang menghadap sang penciptanya ketika sedang menjalankan ibadah Shalat Jum’at, tepatnya saat duduk membaca Tahiyat terakhir.

Masih dalam posisi duduk sempurna dengan telunjuk kearah Kiblat, ia menghadap Yang Maha Kuasa.

“Subhanallah sungguh akhir perjalanan yang indah” gumam para jama’ah setelah menyadari kalau dia telah tiada.

Sang istri terbayang tatapan terakhir suaminya saat mau berangkat kemesjid.
Terselip tanya dalam hatinya, mungkinkah itu sebagai tanda perpisahan pengganti ucapan selamat tinggal.

Ataukah suaminya khawatir meninggalkannya sendiri didunia ini. Ada gundah menggelayut dihati sang istri. Walau masih ada anak-anak yang akan mengurusnya,

Tapi kehilangan suami yang telah didampinginya selama puluhan tahun cukup membuatnya terguncang. Namun ia tidak mengurangi sedikitpun keikhlasan dihatinya yang bisa menghambat perjalanan sang suami menghadap Sang Khalik.

Dalam do’a dia selalu memohon kekuatan agar dapat bertahan dan juga memohon agar suaminya ditempatkan pada tempat yang layak.

Tak lama setelah kepergian suaminya, sang istri bermimpi bertemu dengan suaminya.
Dengan wajah yang cerah sang suami menghampiri istrinya dan menyisir rambut sang istri dengan lembut. “Apa yang Bapak lakukan?’ tanya istrinya senang bercampur bingung.

“Ibu harus kelihatan cantik, kita akan melakukan perjalanan panjang. Bapak tidak bisa tanpa Ibu, bahkan setelah kehidupan didunia berakhir,Bapak selalu butuh Ibu. Saat disuruh memilih pendamping Bapak bingung, kemudian bilang pendampingnya tertinggal,
Bapakpun mohon izin untuk menjemput Ibu.”

Istrinya menangis sebelum akhirnya berkata “Ibu ikhlas Bapak pergi, tapi Ibu juga tidak bisa bohong kalau Ibu takut sekali tinggal sendiri.. Kalau ada kesempatan mendampingi Bapa sekali lagi dan untuk selamanya tentu saja tidak akan Ibu sia-siakan."

Sang istri mengakhiri tangisannya dan menggantinya dengan senyuman.
Senyuman indah dalam tidur panjang selamanya…..

Saudaraku, Kesetiaan kita dalam berkeluarga akan terpupuk seumur hidup ketika dalam keluarga kita terjadi keseimbangan, dan keseimbangan akan terwujud ketika kita saling memberi, saling memberikan cinta, saling memberikan kasih sayang, saling memberikan kebahagiaan, saling memberikan nasehat untuk tetap berdiri kokoh pada sunnatullah dan fitrahnya masing-masing.

Bukan saling menuntut cinta, saling menuntut kasih sayang, saling menuntut kebahagiaan sehingga yang terjadi adalah ketidakpuasan ketika tuntutan itu dibalas tidak sesuai dengan selera yang kemudian berakibat akan melangkahi sunnatullah dan fitrah kita masing-masing.

Ketika kita telah memberikan cinta, kasih sayang dan kebahagiaan tetapi pasangan kita tidak membalasnya, maka jangan pernah berputus asa untuk memberikan semuanya itu karena Allahlah yang akan membalas segala pemberian kita dan MENYEIMBANGKAN KITA DENGAN PASANGAN KITA, maka kebahagiaan dan keharmonisan terwujud sepanjang umur kita.

“Dan di antara kebahagiaan adalah wanita shalehah, jika engkau memandangnya maka engkau kagum kepadanya, dan jika engkau pergi darinya (tidak berada di sisinya) engkau akan merasa aman atas dirinya dan hartamu. Dan di antara kesengsaraan adalah wanita yang apabila engkau memandangnya engkau merasa enggan, lalu dia melontarkan kata-kata kotor kepadamu, dan jika engkau pergi darinya engkau tidak merasa aman atas dirinya dan hartamu.” (HR. Ibnu Hibban dan lainnya dalam As-Silsilah ash-Shahihah hadits 282).

“Dan isteri shalehah yang menolongmu atas persoalan dunia dan agamamu, adalah sebaik-sebaik (harta) yang disimpan manusia.” (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Shahihul jami’ 4285).

semoga bermanfaat.....
Read More..
Assalamu'alaikum Cinta...